Makalah
“Eksplorasi
Panas Bumi”
Oleh :
Nama : Dody
Irwandi
NPM : 1110024427015
M.
Kuliah : Pengatar Rekayasa Pertambangan
Yayasan
Muhammad Yamin
Sekolah
Tinggi Teknologi Industri
(STTIND)
PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang begitu melimpah sehingga Penulis dapat menyelesaikan tulisan
ini pada waktunya.
Pada kesempatan
ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Pak Rosben Anwar
selaku dosen Pengajar mata kuliah Pengantar Rekayasa Pertambangan.
2. Rekan-rekan yang
telah membantu penulisan tulisan ini.
Penulis sadar
bahwa dalam tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat bermanfaat untuk penyempurnaan
tulisan ini.
Akhir kata
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Padang,
21 Juni 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..............................................................................................
DAFTAR ISI
............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
...............................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
.................................................................................
I.1
Latar belakang ........................................................................................
I.2 Rumusan Masalah
...................................................................................
I.3
Maksud dan Tujuan .....................................................................................
BAB
II.PEMBAHASAN....................................................................................
II.1 Eksplorasi Pendahuluan ........................................................................
II.2 Eksplorasi Lanjut Atau Rinci
..................................................................
II.3 Pemboran Eksplorasi
...............................................................................
II.4 Study Kelayakan
.......................................................................................
II.5 Perencanaan
............................................................................................
II.6 Resiko Eksplorasi Dan Pengembangan Lapangan Panas Bumi
.....................
II.7 Daftar Gambar
BAB III. PENUTUP...........................................................................................
III.1
Kesimpulan............................................................................................
III.2
Saran......................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA …………………………………………………..………….....................................
BAB I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.1 Latar Belakang
Secara singkat geothermal
didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi. Sedangkan energi
panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh panas tersebut. Panas bumi
menghasilkan
energi yang bersih (dari polusi) dan
berkesinambungan atau dapat diperbarui. Sumberdaya energi panas bumi dapat
ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan bumi sampai beberapa
kilometer di bawah permukaan. Bahkan
jauh lebih dalam lagi sampai pada sumber panas yang ekstrim dari batuan yang
mencair atau magma.
Tenaga panas bumi adalah listrik yang
dihasilkan dari panas bumi. Panas bumi dapat menghasilkan listrik yang reliabel
dan hampir tidak mengeluarkan gas rumah kaca. Panas bumi sebagaimana
didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang panas bumi,
adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air dan
batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya
tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya
diperlukan proses penambangan. Panas bumi mengalir secara kontinyu dari dalam
bumi menuju kepermukaan yang manifestasinya dapat berupa: gunung berapi, mata
air panas, dan geyser.
I.2 Rumusan
Masalah
Dalam
Makalah Eksplorasi Panas Bumi ini, Saya mencoba mengangkat masalah yang
berhubungan dengan Panas Bumi itu
sendiri, diantaranya :
·
Tahapan Eksplorasi Panas Bumi
·
Bagaimanakah Pemboran Eksplorasi Panas Bumi
I.3 Maksud dan Tujuan
Adapun
maksud dan tujuan Makalah Sistem Penambangan tentang Tambang Bawah Tanah : Eksplorasi
Panas Bumi ini, antara lain :
·
Menjelaskan pengertian Eksplorasi Pendahuluan
Dan Eksplorasi Lanjutan
·
Mengetahui Resiko Eksplorasi Dan Pengembangan Lapangan Panas Bumi
BAB II. Pembahasan
II.1 EKSPLORASI PENDAHULUAN (RECONNAISANCE
SURVEY)
Eksplorasi
pendahuluan atau Reconnaisance survey dilakukan untuk mencari daerah
prospek panas bumi, yaitu daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya
panas bumi dilihat dari kenampakan dipermukaan, serta untuk mendapatkan
gambaran mengenai geologi regional di daerah tersebut.
Secara garis
besar pekerjaan yang dihasilkan pada tahap ini terdiri dari :
1. Studi
Literatur
2. Survei
Lapangan
3. Analisa Data
4. Spekulasi
Besar Sumber Daya Panas Bumi
1.
Studi
Literatur
Langkah
pertama yang dilakukan dalam usaha mencari daerah prospek panas bumi adalah
mengumpulkan peta dan data dari laporan-lapaoran hasil survei yang pernah
dilakukan sebelumnya di daerah yang akan diselidiki, guna mendapat gambaran
mengenai geologi regional, lokasi daerah dimana terdapat manifestasi permukaan,
fenomena vulkanik, geologi dan hidrologi di daerah yang sedang diselidiki dan
kemudian menetapkan tempat-tempat yang akan disurvei. Waktu yang diperlukan
untuk pengumpulan data sangat tergantung dari kemudahan memperoleh peta dan
laporan-laporan hasil survei yang telah dilakukan sebelumnya, tetapi
diperkirakan akan memerlukan waktu sekitar 1 bulan.
2.
Survei
Lapangan
Survei lapangan terdiri dari survei geologi, hidrologi dan geokomia. Luas daerah yang
disurvei pada tahap ini umumnya cukup luas, yaitu sekitar 5000-20000 km2,
tetapi bisa juga hanya seluas 5-20 km2 (Baldi, 1990). Survei
biasanya dimulai dari tempat-tempat dimana terdapat manifestasi permukaan dan
di daerah sekitarnya serta di tempat-tempat lain yang telah ditetapkan
berdasarkan hasil kajian interpretasi peta topografi, citra landsat dan
penginderaan jauh serta dari laporan-laporan hasil survei yang pernah dilakukan
sebelumnya. Pada tahap ini survei dilakukan dengan menggunakan
peralatan-peralatan sederhana dan mudah dibawa.
Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui secara
global formasi dan jenis batua, penyebaran batuan, struktur geologi,
jenis-jenis manifestasi yang terdapat di daerah tersebut besertas
karakteristiknya, mengambil sampel fluida melakukan pengukuran temperatur, pH,
dan kecepatan air.
Waktu yang diperlukan untuk survei lapangan sangat
tergantung dari kondisi geologi dan luas daerah yang akan diselidiki, kuantitas
dan kualitas data yang telah ada serta junlah orang ayng terlibat dalam
penyelidikan. Survei lapangan reconnaisab\nce yang dilakukan pada satu daerah
biasanya ± 2 minggu sampai 1 bulaln, dilanjutkan dengan survei detail selama
3-6 bulan.
Di beberapa negara waktu yang diperlukan untuk survei
lapangan ada yang lebih lama. Menurut Baldi (1990), bila kuantitas dam kualitas
data yang telah ada cukup baik serta daerah yang akan diselidiki tidak
terlaullu luas, maka survei lapangan mungkin hanya memerlukan waktu
sekitar 1-2 bulan. Akan tetapi, bila data yang ada sangat terbatas dan daerah
yang akan diselidiki cukup luas, maka survey lapangan dan analisis data akan memakan
waktu beberapa bulan sampai satu tahun.
3.
Analisis dan
Interpretasi Data
Data dari
survei sebelumnya serta dari hasil survei lapangan dianalisis untuk mendapatkan
gambaran (model) mengenai regional geologi dan hidrologi di daerah tersebut.
Dari kajian data geologi, hidrologi dan geokimia ditentukan daerah prospek,
yaitu daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya panas bumi. Dari
hasil analisis dan interpretasi data juga dapat diperkirakan jenis reservoir,
temperatur reservoir, asal sumber air, dan jenis batuan reservoir.
4.
Spekulasi
Besar Sumberdaya Panas bumi
Pada tahap
ini data mengenai reservoir masih sangat terbatas. Meskipun demikian,
seringkali para ahli geothermal diharapkan dapat “berspekulasi” mengenai
besarnya sumberdaya panasbumi di daerah yang diselidiki. Jenis dan temperatur
reservoir dapat diperkirakan. Luas prospek pada tahapan ini dapat diperkirakan
dari penyebaran manifestasi permukaan dan pelamparan struktur geologinya secara
global, tetapi selama ini hanya ditentukan dengan cara statistik (rata-rata
luas prospek).
Pada tahap
ini sudah dapat ditentukan apakah prospek yang diteliti cukup baik untuk
dikembangkan selanjutnya apakah survey rinci pwerlu dilakukan atau tidak.
Apabila tidak, maka daerah yang diteliti ditinggalkan.
II.2 EKSPLORASI LANJUT ATAU RINCI (PRE-FEASIBILITY
STUDY)
Tahap kedua
dari kegiatan eksplorasi adalah tahap ‘pre-feasibility study’ atau tahap
survey lanjut. Survei yang dilakukan terdiri dari survei geologi, geokimia dan
geofisika. Tujuan dari survei tersebut adalah :
·
Mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kondisi
geologi permukaan dan bawah permukaan
·
Mengidentifikasi daerah yang “diduga” mengandung
sumberdaya panasbumi.
Dari hasil
eksplorasi rinci dapat diketahui dengan lebih baik mengenai penyebaran batuan,
struktur geologi, daerah alterasi hydrothermal, geometri cadangan panas
bumi, hidrologi, system panasbumi, temperatur reservoir, potensi sumberdaya
serta potensi listriknya.
Untuk
mencapai tujuan tersebut diatas, survei umumnya dilakukan di tempat-tempat yang
diusulkan dari hasil survei pendahuluan. Luas daerah yang akan disurvei
tergantung dari keadaan geologi morfologi, tetapi umumnya daerah yang disurvei
adalah sekitar 500-1000 km2, namun ada juga yang hanya seluas 10-100
km2.
Waktu yang diperlukan
sangat tergantung pada luas daerah yang diselidiki, jenis-jenis pengujian yang
dilakukan serta jumlah orang yang terlibat. Bila sumberdaya siperkirakan
mempunyai temperature tinggi dan mempunyai potensi untuk pembangkit listrik
biasanya luas daerah yang diselidiki cukup luas, sehingga untuk menyelesaikan
tahap pre-feasibility study (survei lapangan, interpretasi dan analisis
data, pembuatan model hingga pembuatan laporan) diperlukan waktu sekitar ± satu
tahun.
Ada dua
pendapat mengenai luas daerah yang diselidiki dan waktu yang diperlukan untuk
eksplorasi rinci di daerah yang sumberdayanya diperkirakan mempunyai
termperatur sedang. Sekelompok orang berpendapat bahwa apabila sumberdaya
mempunyai temperatur sedang, maka dengan pertimbangan ekonomi luas daerah yang
diselidiki bisa lebih kecil dan didaerah tersebut cukup hanya dilakukan satu
jenis survey geofisika saja. Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan tahap pre-feasibility study menjadi lebih pendek, yaitu
hanya beberapa bulan saja. Sementara kelompok lain berpendapat bahwa untuk
daerah panasbumi dengan tingkatan prospek lebih rendah (sedang) dan akan
dikembangkan justru memerlukan survey yang lebih lengkap dan lebih teliti untuk
menghindarkan terlalu banyaknya kegagalan pemboran.
1.
Survei
Geologi Lanjut/Rinci
Survei
geologi umumnya yang pertama dilakukan untuk memahami struktur geologi dan
stratigrafi maka survei geologi rinci harus dilakukan di daerah yang cukup
luas.
Lama waktu
penyelidikan tergantung pada luas daerah yang diselidiki serta jumlah orang
yang terlibat dalam penyelidikan, tetpi hingga penulisan laporan biasanya
diperlukan sekitar 3-6 bulan.
Survei
geologi ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran batuan secara mendatar maupun
secara vertikal, struktur geologi, tektonik dan sejarah geologi dalam kaitannya
dengan terbentuknya suatu sistem panas bumi termasuk memperkirakan luas daerah
prospek dan sumber panasnya.
2.
Survei
Geokimia Lanjut
Pekerjaan
yang dilakukan pada suatu survei geokimia lanjut pada dasarnya hamper sama
dengan pada tahap survei pendahuluan, tetapi pada tahap ini sampel harus
diambil dari semua manifestasi permukaan yang ada di daerah tersebut dan di
daerah sekitarnya untuk dianalisis di tampat pengambilan sampel dan atau di
laboratorium. Analisis geokimia tidak hanya dilakukan pada fluida tau gas dari
manifestasi panas permukaan, tetapi juga pada daerah lainnya untuk melihat
kandungan gas dan unsure-unsur tertentu yang terkadanga dalam tanah yang
terbentuk karena aktivitas hydrothermal. Selain itu juga perlu dibuat
manifestasi permukaan, yaitu peta yang menunjukkan lokasi serta jenis semua
manifestasi panas bumi di daerah tersebut. Hasil analisis kimia fluida dan
isotop air dan gas dari seluruh manifestasi panas permukaan dan daerah lainnya
berguna untuk memperkirakan sistem dan temperature reservoir, asal sumber air,
karakterisasi fluida dan sistem hidrologi di bawah permukaan.
Hasil
analisis air dapat juga digunakan untuk memperkirakan problema-problema yang
munkin terjdadi (korosi dan scale) apabila fluida dari sumberdaya panas
bumi tersebut dimanfaatkan dikemudian hari.
3.
Survei
Geofisika
Survei
geofisika dilakukan setelah survei geologi dan geokimia karena biayanya lebih
mahal. Dari sember geologi dan geokimia diusulkan daerah-daerah mana saja yang
harus disurvei geofisika. Survei geofisika dilakuakn untuk mengetahui sifat
fisik batuan mulai dari permukaan hingga kedalaman beberapa kilometer di bawah
permukaan.
Dengan
mengetahui sifat fisik batuan maka dapat diketahui daerah tempat terjadinya
anomali yang disebabkan oleh sistem panas buminya dan lebih lanjut geometri
prospek serta lokasi dan bentuk batuan sumber panas dapat diperkirakan.
Ada beberapa
jenis survei geofisika, yaitu :
1.
Survei resistivity
2.
Survei gravity
3.
Survei magnetic
4.
Survei Macro Earth Quake (MEQ)
5.
Survei aliran panas
6.
Survei Self Potential
Pemilihan
jenis survei tergantung dari keadaan geologi dan struktur di daerah yang akan
diselidiki, serta batasan anggaran untuk pengukuran di lapangan dan intrepetasi
data.
Survei
geofisika yang pertama kali dilakukan umumnya adalah survei resistivity–Schlumberger,
gravity dan magnetic karena perlatannya mudah didapat dan
biayanya murah. Dari ketiga survei geofisika ini diusulkan daerah prospek panas
bumi untuk disurvei lebih detail dengan metoda yang lebih mahal yaitu magnetotelluric
(MT) atau Control Source Audio (CSMT) untuk melihat struktur fisik
batuan dengan kedalaman yang jauh lebih dalam dari maksimum kedalaman yang
dicapai oleh metode Schlumberger yang hanya mampu untuk mendeteksi
kedalaman sampai beberapa ratus meter saja.
4.
Survei
Geografi
Selain survei
geologi, geokimia, dan geofisika, pada tahap ini biasanya dilakuakn survei
geografi dan survei lainnya untuk mendapatkan informasi mengenai status lahan,
distribusi kemiringan lereng, prasarana jalan, fasilitas listrik, air,
kominaksi yang tersedia, jumlah dan kepadatan penduduk.
5.
Analisis dan
Interpretasi Data
Dari hasil
kajian data diharapkan akan diperoleh gambaran atau “model awal” mengenai
sistem panasbumi di daerah yang diselidiki, yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk menentukan target dan lokasi sumur eksplorasi serta membuat program
pemboran.
Model system
panasbumi harus mengikutsertakan karakteristik litologi, stratigrafi,
hidrologi, atau pola sirkulasi fluida, perkiraan sumber panas dan temperatur
dalam reservoir serta sistem panas buminya. Model harus dibuat mulai dari
permukaan hingga kedalaman 1 – 4 km. selain itu dari pengkajian data dapat
diperkirakan besarnya potensi sumber daya (resources), cadangan (recoverable
reserve), dan potensi listrik panas bumi di daerah yang diduga mengandung
panasbumi.
II.3 PEMBORAN EKSPLORASI
Apabila dari
data geologi, data geokimia, dan data geofisika yang diperoleh dari hasil
survey rinci menunjukkan bahwa di daerah yang diselidiki terdapat sumberdaya
panasbumi yang ekonomis untuk dikembangkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap
pemboran sumur eksplorasi. Tujuan dari pemboran sumur eksplorasi ini adalah
membuktikan adanya sumberdaya panasbumi di daerah yang diselidiki dan menguji
model system panasbumi yang dibuat berdasarkan data-data hasil survei rinci.
Jumlah sumur
eksplorasi tergantung dari besarnya luas daerah yang diduga mengandung energi
panasbumi. Biasanya di dalam satu prospek dibor 3 – 5 sumur eksplorasi.
Kedalaman sumur tergantung dari kedalaman reservoir yang diperkirakan dari data
hasil survei rinci, batasan anggaran, dan teknologi yang ada, tetapi sumur
eksplorasi umumnya dibor hingga kedalaman 1000 – 3000 meter.
Menurut
Cataldi (1982), tingkat keberhasilan atau success ratio pemboran
sumur panas bumi lebih tinggi daripada pemboran minyak. Success ratio
dari pemboran sumur panasbumi umumnya 50 – 70%. Ini berarti dari empat sumur
eksplorasi yang dibor, ada 2 – 3 sumur yang menghasilkan.
Setelah
pemboran selesai, yaitu setelah pemboran mencapai kedalaman yang diinginkan,
dilakukan pengujian sumur. Jenis – jenis pengujian sumur yang dilakukan di
sumur panasbumi adalah:
·
Uji hilang air (water loss test)
·
Uji permeabilitas total (gross permeability
test)
·
Uji panas (heating measurement)
·
Uji produksi (discharge/ output test)
·
Uji transien (transient test)
Pengujian
sumur geothermal dilakukan untuk mendapatkan informasi/ data yang lebih persis
mengenai :
1.
Jenis dan sifat fluida produksi.
2.
Kedalaman reservoir.
3.
Jenis reservoir.
4.
Temperatur reservoir.
5.
Sifat batuan reservoir.
6.
Laju alir massa fluida, entalpi, dan fraksi uap pada
berbagai tekanan kepala sumur.
7.
Kapasitas produksi sumur (dalam MW).
Berdasarkan
hasil pemboran dan pengujian sumur harus diambil keputusan apakah perlu dibor
beberapa sumur eksplorasi lain, ataukah sumur eksplorasi yang ada telah cukup
untuk memberikan informasi mengenai potensi sumber daya. Apabila beberapa sumur
eksplorasi mempunyai potensi cukup besar maka perlu dipelajari apakah lapangan
tersebut menarik untuk dikembangkan atau tidak.
II.4 STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)
Studi
kelayakan perlu dilakukan apabila ada beberapa sumur eksplorasi menghasilkan
fluida panas bumi. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai apakah sumber
daya panas bumi yang terdapat di daerah tersebut secara teknis dan ekonomis
menarik untuk diproduksikan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
·
Mengevaluasi data geologi, geokimia, geofisika, dan
data sumur.
·
Memperbaiki model sistem panas bumi.
·
Menghitung besarnya sumber daya dan cadangan panas
bumi (recoverable reserve) serta ppotensi listrik yang dapat dihasilkannya.
·
Mengevaluasi potensi sumur serta memprekirakan
kinerjanya.
·
Menganalisa sifat fluida panas bumi dan kandungan non
condensable gas serta memperkirakan sifat korosifitas air dan kemungkinan
pembentukan scale.
·
Mempelajari apakah ada permintaan energy listrik,
untuk apa dan berapa banyak.
·
Mengusukan alternative pengembangan dan kapasitas
instalasi pembangkit listrik.
·
Melakukan analisa keekonomian untuk semua alternative
yang diusulkan.
II.5 PERENCANAAN
Apabila
dari hasil studi kelayakan disimpulkan bahwa daerah panas bumi tersebut menarik
untuk dikembangkan, baik ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis, maka tahap
selanjutnya adalah membuat perencanaan secara detail.
Rencana
pengembangan lapangan dan pembangkit listrik mencangkup usulan secara rinci
mengenai fasilitas kepala sumur, fasilitas produksi dan injeksi di permukaan,
sistem pipa alir dipermukaan, fasilitas pusat pembangkit listrik. Pada tahap
ini gambar teknik perlu dibuat secara rinci, mencangkup ukuran pipa alir uap,
pipa alir dua fasa, penempatan valve, perangkat pembuang kondensat dan
lain-lain.
1. PEMBORAN SUMUR PRODUKSI, INJEKSI DAN PEMBANGUNAN PUSAT LISTRIK TENAGA
PANAS BUMI
Untuk
menjamin tersedia uap sebanyak yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik yang
dibutuhkan oleh pembangkit listrik diperlukan sejumlah sumur produksi. Selain
itu juga diperlukan sumur untuk menginjeksikan kembali air limbah. Pemboran
sumur dapat dilakukan secara bersamaan dengan tahap perencanaan pembangunan
PLTP.
2. PRODUKSI UAP, PRODUKSI LISTRIK DAN PERAWATAN
Pada tahap ini PLTP telah beroperasi
sehingga kegiatan utama adalah menjaga kelangsungan:
·
Produksi uap dari sumur-sumur produksi.
·
Produksi listrik dari PLTP.
·
Distribusi listrik ke konsumen.
3. CONTOH KEGIATAN EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN LAPANGAN PANAS BUMI
1.
Lapangan Panas Bumi Kamojang
Usaha pencarian panas bumi Indonesia pertama kali dilakukan di daerah
kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1962-1929, lima sumur eksplorasi
dibor sampai kedalaman 66-128 meter. Sehingga sumur KMJ-3 masih memproduksikan
uap panas kering dan dry system. Karena pada saat itu terjadi perang, maka
kegiatan pemboran tersebut dihentikan.
Pada tahun 1972, direktorat vulkanologi dan pertamina, dengan bantuan
pemerintah Perancis dan New Zeland, melakukan survey pendahuluan di seluruh
wilayah Indonesia, Kamojang mendapat prioritas untuk survei lebih rinci. Pada
bulan September 1972 ditandatangani kontrak kerjasama bilateral antara
Indonesia dan New Zeland untuk pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
di daerah tersebut. Survey geologi, geokomia, dan geofisika dilakukan pada
daerah tersebut. Area seluas 14 km2 diduga mengandung fluida panas bumi. Lima
sumur eksplorasi (KMJ6-10) kemudian dibor dengan kedalaman 535-761 meter dan
menghasilkan uap kering dengan temperatur tinggi (2400C). Uap
tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik Mono Blok sebesar 0.5
MW yang dimulai beroperasi pada 37 november 1978. Pemboren dilakukan lagi
sampai desember 1982. 18 buah sumur dibor dengan kedalaman 935-1800 m dan
menghasilkan 535 ton uap per jam
Setelah menilai potensi sumur dan kualitas uap, maka disimpulkan bahwa
uap air di Kamojang dapat digunakan sebagi pembangkit listrik. Kemudian
dibangun PLTP Kamojang sebesar 30 MW dan mulai beroperasi tanggal 7 februari
1983. Lapangan terus dikembangkan. Unit II dan mmasing-masing sebesar 55 MW
milai dioperasikan berturut-tirut tanggal 29 juli 1987 dan 13 september 1987,
sehingga daya PLTP kaojang menjadi 140.25 MW. Untuk memenuhi kebutuhan
listrik,dimanfaatkan 26 dari 47 sumur. Sejak pertengahan tahun 1988,
engoperasian Mono Blok 0.25 MW dihentikan. Hingga saat ini jumlah daya
terpasang PLTP masih sebesar 140 MW.
2.
Lapangan Panas Bumi Darajat
Lapangan darajat terletak di jawa barat, sekitar 10 km dari lapangan
kamojang pengembangan lapangan darajat dimulai pada tahun 1984 dengan
ditandatanganinya kontrak operasi bersama antar pemerintah Indonesia dengan
Amoseas Ltd. Sejarahnya sebagai berikut :
1972 – 1975 : kegiatan eksplorsi
rinci
1976 – 1978 : tiga sumur
eksplorasi dibor, menghasilkan uap kering, temperatur reservoir 235-247 0 C
1984 : KOB
1987 – 1988 : pemboran sumur
produksi
Sept. 1994 : PLTP darajat (55
MW) dioperasikan
3.
Lapangan Panas Bumi Dieng
Eksplorasi Dimulai tahun 1972, dilanjutkan pemboran eksplorasi pada tahun
1977. Sejarahnya yaitu :
1972 : Kegiatan
eksplorasi dimulai
1977 : Sumur
eksplorasi pertama di bor
1981 : Tiga
sumur dibor menghasilkan fluida tiga fasa, uap-air. Temperaturrservoar 180-320
C
14 mei 1984 : Pembangkit listrik
mono blok 2 MW dioperasikan
s/d 1995 : Telah dibor 29
sumur
status : KOB dengan
Himpurna California energy
Lapangan di dieng ini menghasilkan fluida dua fasa (uap-air). Sampai
akhir 1995 telah dibor sebanyak 29 sumur, akan tetapi belum diperoleh gambaran
yang baik mengenai sistem panas bumi yang terdapat di daerah ini. Selain itu,
sumur-sumur ini berproduksi mengandung H2S dan CO2 yang cukup tinggi, sehingga
lapangan di daerah ini belum dikembangkan.
4.
Lapangan Panas Bumi Lahendong
Merupakan
lapangan panas bumi yang dikembangkan diluar jawa, 9 sumur yang terdiri dari 7
sumur eksplorasi dan 2 sumur eksploitasi telah dibor. Sumur ini menghasilkan
fluida dua fasa (uap-air) bertemperatur tinggi dengan potensi sumur rata-rata 6
Mwe. Reservoir mempunyai temperature 280-325oC. Di lapangan ini telah dibangun
sebuah pembangkit listrik panas bumi binary geothermal powerplan berkapasitas
2,5 MW. Pada pembangkit ini sudu-sudu turbin pembangkit binary digerakkan oleh
uap fluida organik yang dipanasi oleh fluida panas bumi melalui mesin penukar
kalor (heat exchanger). Saat ini sedang dibuat rencana pengembangan lapangan
lahendong untuk pembangunan pusat listrik panas bumi berkapasitas 20 MW.
II.6 RESIKO EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN LAPANGAN PANAS BUMI
Resiko
yang berkaitan dengan sumber daya, yaitu resiko yang berkaitan dengan :
1.
Kemungkinan tidak ditemukannya sumber energi
panas bumi di daerah yang sedang dieksplorasi (resiko eksplorasi).
2.
Kemungkinan besarnya cadangan dan potensi litrik
didaerah itu lebih kecil dari yang diperkirakan atau tidak bernilai komersial
(resiko eksplorasi).
3.
kemungkinan jumlah sumur explorasi yg berhasil
lebih sedikit dari yg diharapkan
4.
kemungkinan potensi sumur (well output),
baik sumur explorasi lebih kecil dari yg diperkirakan semula (resiko
eksplorasi)
5.
kemungkinan jumlah sumur pengembangan yg
berhasil lebih sedikit dari yg diharapkan (resiko pengembangan)
6.
kemungkinan biaya eksplorasi, pengembangan
lapangan dan pengembangan PLTP lebih mahal dari yg diperkirakan semula
7.
kemungkinan terjadinya problem-problem teknis,
seperti korosi dan scaling (resiko teknologi) dan problem2 lingkungan
·
Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan
penurunan laju produksi / penurunan temperatur lebih cepat dari yang
diperkirakan semula (resource degradation)
·
Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan
perubahan pasar dan harga (market access dan price risk)
·
Resiko pembangunan (construction risk)
·
Resiko yang berkaitan dengan perubahan
management
·
Resiko yang menyangkut perubahan aspek legal dan
kemungkinan perubahan kebijaksanaan pemerintahan (legal dan regulatory risk)
·
Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan
perubahan bunga bank dan laju inflasi (interest dan inflation risk)
·
Force majeure
Resiko
pertama dalam proyek panas bumi (dihadapi pada waktu eksplorasi dan awal
pemboran sumur eksplorasi) adalah resiko yang berkaitan dengan kemungkinan
tidak ditemukannya sumber energi panas bumi di daerah yang sedang dieksplorasi
atau sumber energi yang ditemukan tidak komersial.
Lembaga
keuangan tidak akan meminjamkan dana untuk pengembangan lapangan sebelum hasil
pemboran dan pengujian sumur membuktikan bahwa di daerah tersebut terdapat
sumber energi panas bumi dengan potensi ekonomi yg menjanjikan.
Resiko
masih tetap ada meskipun hasil eksplorasi telah membuktikan bahwa di daerah
tersebut terdapat sumber panas bumi. hal ini disebabkan karena masih adanya
ketidakpastian mengenai besarnya cadangan (recoverable reserve) potensi listrik
dan kemampuan produksi (well output) dr sumur-sumur yang akan dibor di masa
yang akan datang.
Lembaga
keuangan tdk akan meminjamkan dana untuk membiayai proyek yang ditawarkan
sampai membuktikan bahwa di daerah tersebut terdapat cadangan energi panas bumi
dengan potensi ekonomi yang menjanjikan.
Apabila
di daerah tersbut terdapat lapangan panas bumi yang telah berhasil
dikembangkan, biasanya kepastian mengenai adanya cadangan yang memadai cukup
ditunjukan oleh adanya satu atau dua sumur yang berhasil memproduksi fluida
panas bumi.
Tetapi
apabila belum ada lapangan panas bumi yang dikembangkan di daerah tersebut,
setidaknya harus sudah terbukti mampu menghasilkan fluida produksi 10-30% dari
total fluida produksi yg dibutuhkan oleh PLTP.
Selain
itu bank juga membutuhkan bukti bahwa penginjeksian kembali fluida kedalam
reservoir (setelah energinya digunakan untuk membangkitkan listrik) tidak
menimbulkan permasalahan baik permasalahan teknis (operasional) maupun
permasalahan lingkungan.
Meskipun
besar cadangan/ potensi listrik, kemampuan produksi sumur dan kapasitas injeksi
telah diketahui dengan lebih pasti, tetapi resiko masih tetap ada karena masih
ada ketidakpastian mengenai besarnya biaya yang diperlukan dari tahun ke tahun
untuk menunjang kegiatan operasional dan menjaga jumlah pasok uap ke PLTP. Hal
ini dapat menimbulkan kekhawatiran terhadap lembaga yg meminjamkan dana karena
pengembalian dana yang dipinjamkan tidak sesuai dengan keuntungan yang
diproyeksikan.
Resiko
yang berkaitan dengan permasalahan teknik seperti terjadinya korosi di dalam
sumur dan di dalam pipa akan mengakibatkan berkurangnya keuntungan dan mungkin
juga dapat menyebabkan ditolaknya usulan perluasan lapangan untuk meningkatkan
kapasitas PLTP.
Resiko
lain yang berkaitan dengan sumber daya adalah kemungkinan penurunan laju dan
temperatur fluida produksi (enthalpy), kenaikan tekanan injeksi, perubahan
kandungan kimia fluida terhadap waktu, yang mengakibatkan berkurangnya
keuntungan atau bahkan hllangnya keuntungan bila penurunan produksi teerlalu
cepat. Penurunan kinerja reservoir terhadap waktu sebenarnya, dapat diramalkan
dengan cara simulasi reservoir. Hasil peramanalan kinerja reservoir dapat
dipercaya apabila model kalibrasi dengan menggunakan data produksi yang cukup
lama, tapi jika model hanya dikalibrasi dengan data produksi yang relatif
singkat maka hasil peramalan kinerja reservoir masih mengandung tingkat
ketidakpastian yang tinggi.
Di
beberapa proyek masalah-masalah manajemen dan operasional yang tidak terduga
ada yang tidak terpecahkan dengan biaya tinggi. Resiko yang disebabkan oleh hal
tersebut relatif lebih sulit dinilai dibandingkan dengan resiko lain, termasuk
di dalamnya permasalahan-permasalahan yang timbul akibat kelalaian manusia dan
kekurangcakapan sumber daya manusia dan manajemen.
Berbagai
upaya telah dicoba untuk mengurangi resiko yang berkaitan dengan sumber daya,
di antaranya :
1.
Kegiatan eksplorasi telah cukup dilakukan
sebelum rencana pengembangan lapangan dibuat.
2.
Menentukan kriteria keuntungan yang jelas.
3.
Memilih proyek dengan lebih hati-hati, dengan
cara melihat pengalaman pengembang sebelumnya, baik secara teknis maupun secara
manajerial.
4.
Mengkaji rencana pengembangan secara hati-hati
sebelum menandatangani perjanjian pendanaan.
5.
Memeriksa rencana pengembangan dan menguji
rencana operasi berdasarkan skenario yang terjelek.
6.
Mentaati peraturan yang berkaitan dengan
permasalahan lingkungan.
7.
Merancang dan menerapkan program sesuai dengan
tujuan dan berdasarkan jadwal waktu pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan.
8.
Melaksanakan simulasi (pemodelan) untuk
meramalkan kinerja reservoir dan sumur untuk berbagai skenario pengembangan
lapangan.
9.
Mengadakan pertemuan secara teratur untuk
mengevaluasi pelaksanaan program untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan rencana atau tidak.
BAB III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan panas
bumi yang dilakukan dalam usaha mencari sumberdaya panas bumi, membuktikan
adanya sumberdaya serta memproduksikan dan memanfaatkan fluidanya dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut ;
1. Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance
survei
2. Eksplorasi
lanjut atau rinci (Pre-feasibility
study)
3. Pemboran
Eksplorasi
4. Studi
kelayakan (Feasibility study)
5. Perencanaan
III.2
Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan
yaitu semoga apa yang telah kita pelajari pada pelajaran Eksplorasi Panas Bumi
ini dapat kita terapkan dengan kemampuan kita masing-masing.
Daftar Pustaka
Imambudiraharjo.
2009. Penambangan Panas Bumi
http://search.conduit.com/ResultsExt.aspx?ctid=CT2269050&SearchSource=2&q=search.conduit.com.
diakses pada tanggal 20 Juni 2012
http://nooradinugroho.wordpress.com/ Eksplorasi_Panas_Bumi.htmldiakses pada tanggal 20 juni 2012
http://nooradinugroho.wordpress.com/ Eksplorasi_Panas_Bumi.htmldiakses pada tanggal 20 juni 2012
No comments:
Post a Comment